Rabu, 14 September 2016

Cerpen Surat Raditya Dika



Surat Raditya Dika
Hapsari Retno Kinasih

Malam ini tepatnya pukul 19.30 WIB mata ini sudah hendak ingin di bawa keperaduan, menikmati indahnya kasur dengan busa yang empuk, bantal yang sudah penuh dengan pulau-pulau kecil yang aku buat sendiri. Seakan baru saja aku memasuki kamar tidur mereka seperti sudah hendak memanggilku. Semacam setan yang tak pernah lelah untuk mengganggu keimanan manusia. Lalu dengan sigapnya ku baringkan badan ku yang lelah ini karena seharian waktu ku habis untuk berkumpul bersama teman-temanku. Baru saja hendak memejamkan mata, kebisingan seperti malam kemarin seakan terulang kembali. Entah apa yang berada dibenak mereka sepertinya suka sekali mengganggu ketenangan tetangga cantiknya ini. Ku lihat jam kembali waktu sudah menunjukkan pukul 20.15 WIB yang ada di benakku (oke kali ini mungkin karena masih jam 20.15 WIB) awas saja jika mereka membuat kebisingan diatas waktu normalnya manusia terlelap.
            Baiklah, karena kebisingan yang terjadi di luar sana aku memutuskan untuk bangkit membawa tubuhku yang beratnya sekitar 56 kg terakhir aku menimbangnya. Ku arahkan pandangan ku ke arah meja belajar yang sembari tadi belum ku lihat apa yang terjadi disana. Dari kejauhan ku lihat seperti ada sepucuk amplop berwana merah jambu dan seketika aku teringat dengan surat yang aku kirimkan kepada artis idola ku minggu lalu, ia adalah penulis sekaligus pengarang cerita yang belum lama ini menyutradari film pendeknya sendiri. Ya, RD inisialnya. Bergegas aku menuju meja belajar ku dengan tak sabarnya, ku cermati amplop itu baik-baik, sama persis dengan warna amplop yang aku anjurkan kepada “Bang RD” sebutan ku untuknya untuk jika ada waktu balas lah surat ku dengan sampul depannya amplop berwarna merah jambu. Ku buka perlahan surat itu dengan hati dag dig dug ser seakan putus secara baik-baik. Baru saja satu kalimat yang aku baca, hati ku semakin menjadi tidak karuan. Di surat itu bertuliskan “Hai Juga Lala Cantik”. Huaaaaa seakan ini baru pertama kalinya aku di bilang cantik oleh seorang pria. Kembali ke kalimat tentunya baris berikutnya “Kabar gue baik-baik aja seperti yang lo tau sendiri. Oh ia maaf jika tweet lo belum pernah gue balas karena gue di sibukkan dengan rutinitas sehari-hari. Makasih juga karena sudah membaca Buku Koala Kumal gue. Semoga saran yang lo sampaikan akan selalu gue ingat. Ngomong-ngomong untuk menjadi seorang penulis yang baik itu butuh perjuangan yang berat La, gue bisa seperti ini sekarang tentunya dengan kerja keras yang tanpa lelah gue jalani. Saran gue buat lo, tetap menjadi diri sendiri tunjukin bahwa lo bisa, apapun hasilnya anggap itu semua menjadi tonggak utama lo menuju masa depan. Sebagai penutup, gue udah sampein salam lo untuk keluarga dan pacar gue dan tanggapan mereka baik. Salam balik katanya.”
            Mak jleeb *#@”? aku ngerasa terbang ke langit ketujuh menaiki kereta kuda bersama pangeran yang tampan. Surat barusan itu ga bakalan pernah aku lupain seumur hidup ku, dan saran yang Bang RD berikan itu akan selalu aku inget-inget sampai akhirnya aku bisa sesukses dia nanti dan aku bisa balas semua kebaikannya karena berkat dia aku bisa sesemangat ini. Benar kata orang, kegiatan apapun yang akan kita kerjakan jika dibantu dengan dorongan orang yang kita sayangi semua menjadi mudah, bagaikan daun kering selepas gugur dari pohonnya yang terbang kesana kemari tentunya dengan tujuan yang jelas yakni menuju masa depan.