Surat Raditya Dika
Hapsari Retno Kinasih
Malam
ini tepatnya pukul 19.30 WIB mata ini sudah hendak ingin di bawa keperaduan,
menikmati indahnya kasur dengan busa yang empuk, bantal yang sudah penuh dengan
pulau-pulau kecil yang aku buat sendiri. Seakan baru saja aku memasuki kamar
tidur mereka seperti sudah hendak memanggilku. Semacam setan yang tak pernah
lelah untuk mengganggu keimanan manusia. Lalu dengan sigapnya ku baringkan
badan ku yang lelah ini karena seharian waktu ku habis untuk berkumpul bersama
teman-temanku. Baru saja hendak memejamkan mata, kebisingan seperti malam
kemarin seakan terulang kembali. Entah apa yang berada dibenak mereka
sepertinya suka sekali mengganggu ketenangan tetangga cantiknya ini. Ku lihat
jam kembali waktu sudah menunjukkan pukul 20.15 WIB yang ada di benakku (oke
kali ini mungkin karena masih jam 20.15 WIB) awas saja jika mereka membuat
kebisingan diatas waktu normalnya manusia terlelap.
Baiklah, karena kebisingan yang
terjadi di luar sana aku memutuskan untuk bangkit membawa tubuhku yang beratnya
sekitar 56 kg terakhir aku menimbangnya. Ku arahkan pandangan ku ke arah meja
belajar yang sembari tadi belum ku lihat apa yang terjadi disana. Dari kejauhan
ku lihat seperti ada sepucuk amplop berwana merah jambu dan seketika aku
teringat dengan surat yang aku kirimkan kepada artis idola ku minggu lalu, ia
adalah penulis sekaligus pengarang cerita yang belum lama ini menyutradari film
pendeknya sendiri. Ya, RD inisialnya. Bergegas aku menuju meja belajar ku
dengan tak sabarnya, ku cermati amplop itu baik-baik, sama persis dengan warna
amplop yang aku anjurkan kepada “Bang RD” sebutan ku untuknya untuk jika ada
waktu balas lah surat ku dengan sampul depannya amplop berwarna merah jambu. Ku
buka perlahan surat itu dengan hati dag dig dug ser seakan putus secara
baik-baik. Baru saja satu kalimat yang aku baca, hati ku semakin menjadi tidak
karuan. Di surat itu bertuliskan “Hai Juga Lala Cantik”. Huaaaaa seakan ini
baru pertama kalinya aku di bilang cantik oleh seorang pria. Kembali ke kalimat
tentunya baris berikutnya “Kabar gue baik-baik aja seperti yang lo tau sendiri.
Oh ia maaf jika tweet lo belum pernah gue balas karena gue di sibukkan dengan rutinitas
sehari-hari. Makasih juga karena sudah membaca Buku Koala Kumal gue. Semoga
saran yang lo sampaikan akan selalu gue ingat. Ngomong-ngomong untuk menjadi
seorang penulis yang baik itu butuh perjuangan yang berat La, gue bisa seperti
ini sekarang tentunya dengan kerja keras yang tanpa lelah gue jalani. Saran gue
buat lo, tetap menjadi diri sendiri tunjukin bahwa lo bisa, apapun hasilnya
anggap itu semua menjadi tonggak utama lo menuju masa depan. Sebagai penutup,
gue udah sampein salam lo untuk keluarga dan pacar gue dan tanggapan mereka
baik. Salam balik katanya.”
Mak jleeb *#@”? aku ngerasa terbang
ke langit ketujuh menaiki kereta kuda bersama pangeran yang tampan. Surat barusan
itu ga bakalan pernah aku lupain seumur hidup ku, dan saran yang Bang RD
berikan itu akan selalu aku inget-inget sampai akhirnya aku bisa sesukses dia
nanti dan aku bisa balas semua kebaikannya karena berkat dia aku bisa
sesemangat ini. Benar kata orang, kegiatan apapun yang akan kita kerjakan jika
dibantu dengan dorongan orang yang kita sayangi semua menjadi mudah, bagaikan
daun kering selepas gugur dari pohonnya yang terbang kesana kemari tentunya
dengan tujuan yang jelas yakni menuju masa depan.