Kamis, 15 Februari 2018

NASKAH DRAMA 1

“Malin Kundang” Dahulu kala, di sebuah tempat hiduplah seorang wanita tua dengan anaknya yang bernama Malin. Mereka hidup menderita dan bergantung pada hasil laut. Ibu: Malin, datang ke sini, Nak.. Bantu Ibu membawakan kayu bakar ini. Malin: Iya Bu, tunggu sebentar. Malin: Sampai kapan ya, Bu penderitaan kita akan seperti ini? Ibu: Tidak tahu lah, Nak. Ibu juga bingung sampai kapan penderitaan kita berakhir. Malin: Bu, aku punya ide. Bagaimana kalau aku pergi merantau untuk mengubah nasib? Siapa tahu aku akan menjadi orang kaya. Ibu: Ibu pikir itu bukan ide yang baik, Nak. Jika kamu merantau, siapa yang akan menjaga Ibu di sini? Malin: Tapi, Bu, kalau aku tidak merantau untuk mengubah nasib dan peruntungan, bagaimana, Bu? kita akan seperti ini terus. Ibu: baiklah, Nak jika itu keinginanmu. Tapi berjanjilah pada Ibu jika kamu pulang nanti, kamu harus menjadi orang yang sukses dan jangan lupa kembali ke kampung halamanmu di sini. Malin: Iya, Bu jangan khawatir. Aku akan menitipkan Ibu pada Laras. Malin pergi ke rumah Laras untuk memintanya menjaga Ibunya, hingga ia kembali dari perantauan membawa uang yang banyak. Laras merupakan sahabat Malin, yang selalu kemana-mana suka maupun duka. Malin: Assalamu’alaikum Laras: Wa’alaikumsallam. Ada apa Malin? Malin: Begini, besok aku akan pergi merantau. Laras: Apa? Jika kau pergi merantau, terus siapa yang akan menjaga Ibumu di sini? Malin: Maka dari itu aku datang ke sini untuk menitipkan Ibu kepadamu. Laras: Baiklah kalau begitu. Ingat pesanku, jangan lupakan kami yang ada di sini. Keesokan harinya, Ibu Malin mengantarkan anaknya ke pelabuhan. Ibu: Jaga dirimu baik-baik, Nak. Cepatlah pulang setelah engkau sukses dirantau. Malin: Iya, Bu. Do’akan Malin supaya cepat sukses Malin: Laras, jaga Ibuku baik-baik ya selama aku diperantauan? Laras: jangan khawatirkan soal itu Malin. Saya akan berjanji menjaga Ibumu dengan sepenuh jiwa raga saya. Jaga dirimu baik-baik. Laras & Ibu: Selamat jalan Malin Malin: Selamat jalan, Bu Ibu: Selamat jalan anakku Malin: Ya Allah, semoga aku sukses diperantauan sana. Aamiin. Akhirnya, Malin memulai peruntungannya di perantauan. Ia pergi berlayar dengan saudagar kaya. Di kapal, Kapten memberinya pekerjaan sebagai kru. Kapten memiliki putri semata wayang, yang telah menjadi seorang anak gadis cantik. Nama anak gadis Kapten adalah Ningrum. Ketika Malin melihatnya, ia jatuh hati. Hal ini memberikan semangat kepada Malin untuk bekerja lebih giat lagi. Ningrum: Malin, apakah kau melihat ayahku? Malin: Sepertinya Ayahmu di dapur. Coba saja lihat di sana. Ningrum: Baiklah saya akan ke dapaur untuk menemuinya. Malin: Apa perlu saya antar? Sementara itu, di kampung halaman Malin, Ibu Malin sangat gelisah. Ia resah bagaimana Malin menjalani kehidupannya di perantauan. Apakah Malin sehat? Apakah Malin bisa menjaga dirinya baik-baik? Semua pertanyaan-pertanyaan khas orang tua yang khawatir akan anaknya menggelayut menjadi beban pikiran Ibu Malin. Sementara itu, ia juga khawatir Malin tidak pulang kembali ke kampung halamannya, dan melupakan dirinya. Ibu: Laras, Ibu kangen sekali dengan Malin. Apakah ia akan kembali? Apakah ia baik-baik saja? Laras: Jangan takut, Bu Malin akan pulang. Sementara ini, biarkan aku yang menjaga Ibu. Ibu: Ia, terima kasih Laras. Entah bagaimana nasib Ibu jika tanpa bantuanmu. Laras: Jangan terlalu dipikirkan, Bu Ibu: Terima kasih ya Laras Keesokan harinya, Malin serta istrinya berlayar ke Pulau Dua Angsa. Dalam perjalanannya, mereka singgah ke kampung halaman Malin, untuk mengisi berbagai perbekalan. Tapi, Malin tidak menemui Ibunya seperti yang telah dijanjikan. Ia hanya berjalan-jalan di sekitar dermaga saja. Ketika itu, Laras sahabat Malin melihatnya. Malin: Sayang, apa yang sedang kamu pikirkan? Ningrum: Malin suamiku, kita sudah menikah, bagaimana kalau kita berbulan madu? Malin: Sepertinya ide bagus. Bagaimana kalau kita berbulan madu ke pulau dua angsa? Ningrum: Wah itu pulau yang bagus. Baiklah kita akan ke sana. Akhirnya mereka berdua di dampingi seorang nahkoda sampailah di pulau dua angsa dimana tempat ini adalah tempat kelahiran malin kundang. Laras: Malin? apakah itu Malin? sepertinya itu Malin. Saya harus mengatakan ini kepada Ibunya. Laras: Ibu.. Ibu .. Ibu ... Ibu: Iya, ada apa Laras? Laras: Ibu, Malin pulang. Dia sudah menjadi orang yang sangat kaya raya. Ibu: Apakah kau yakin benar itu Malin? Laras: Iya aku yakin benar itu Malin. Saya tidak lupa dengan wajahnya. Ibu: Jika benar itu Malin, ayo temani Ibu ke sana? Ibu: Malin ... Malin anakku ... Ningrum: Siapa wanita tua itu suamiku? Ibu: Apakah benar dia isrimu? Dia sungguh wanita yang sangat cantik. Ningrum: Ih, jangan sentuh aku! Malin: Jangan kau sentuh dia! Kau bisa mengotorinya! Ibu: Saya Ibumu Malin ... Saya Ibumu ... Ningrum: Pergi sana kamu wanita tua! Laras: Malin, lupakah kamu terhadap Ibumu? lupakah saya sebagai sahabatmu? Ini Ibumu Malin ... Ibumu! Malin: Saya tidak mengenal kalian! Laras: Jahat kamu Malin! Ibu: Malin ... jahat kamu, Nak! Ku kutuk kau menjadi BATU! Malin: Ampun Ibu ... Ampun ... Ampun Ibu ... Ampun ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar